Politisi
atau Negarawan
Bagiku sendiri politik
adalah barang yang paling kotor.
Lumpur-lumpur yang
kotor.
Tapi suatu saat di mana
kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
( Soe Hoek Gie )
( Soe Hoek Gie )
Politisi atau negarawan,adalah sebuah
pilihan sulit tentang definisi mengenai seorang pemimpin sebuah negara atau
lembaga negara dalam arti yang lebih sempit.Sulit karena kurangnya keahlian “
mawas diri “ yang dimiliki para pejabat di negeri dongeng ini,namun akan
menjadi sangat mudah bila dilakukan penilaian dengan hati nurani oleh rakyat
yang sedang menahan rasa lapar.Secara tidak langsung adanya pertanyaan ini
disebabkan oleh semakin menipisnya kepercayaan rakyat terhadap para
wakil-wakil-nya yang seharusnya menyuarakan kegundahan mereka tentang begitu
mahalnya harga sembako,biaya sekolah yang terus naik,ditambah lagi lapangan
pekerjaan yang masih terbatas.Seolah-olah harapan dan kepercayaan yang telah rakyat berikan untuk
mereka saat pemilu tidak ada artinya,rakyat hanya dijadikan sebagai alat untuk
mendapatkan kekuasaan.Janji-janji semasa kampanye hanya dijadikan pajangan
dalam etalase-etalase semu sang politisi,sehingga rakyat tak akan pernah bisa
menikmatinya.Ground Rechten mereka sebagai manusia tak pernah benar-benar
diberikan oleh negara,hak kesejahteraan,keadilan,kebebasan,dan hak untuk
terlibat dalam pemerintahan seperti pertanyaan kiritispun tak boleh
diutarakan.Mereka melupakan peran serta rakyat yang menjadikanya sebagai
seorang pemimpin padahal tidak akan ada seorang pemimpin kalau tidak ada rakyat
yang dipimpin,sebab salah satu unsur negara adalah rakyat atau penduduk yang
selalu mereka anggap tidak penting.Bukan dipimpin untuk disengsarakan melainkan
untuk disejahterakan,karena politik menurut aristoteles adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama.Namun disinilah terdapat celah kita dapat menemukan
perbedaan antara seorang politisi atau negarawan,yaitu terletak pada tujuan
mereka memperoleh kekuasaan dimana terpampang jelas dalam langkah kongkret yang
mereka ambil.Politisi adalah sebutan paling cocok untuk mereka yang mencari
kekuasaan hanya untuk legitimasi pengakuan dalam masyarakat,eksistensi kelompok
dan golongan,parahnya lagi bila tujuanya adalah mengeruk sebanyak-banyaknya
uang negara.Tapi justru seperti inilah mayoritas wakil-wakil kita di
pemerintahan sampai-sampai ada sebutan petugas partai,hingga kemudian menjadi booming beberapa waktu yang lalu.Namun lebih anehnya lagi sebutan petugas partai ini di amanatkan oleh
bunda ratu kepada bapak presiden republik Indonesia yang terhormat,saya nggak
sebut nama yaa hehehe.Benar-benar sebuah tragedy politik abad ini saya
rasa,dimana orang nomor satu dalam sebuah negara menjadi petugas administratif ideologi-ideologi partai politik.Yang artinya ideologi partai politik bukan menjadi
alat lagi,melainkan telah menjadi sebuah tujuan.Padahal menurut Romo Franz
Magnis Suseno ada 3 bentuk Ideologi yaitu 1)kesadaran palsu, 2)netral, dan 3)
keyakinan tidak ilmiah.Dan ketakutan saya ideology yang digunakan si moncong
putih adalah ideology dalam arti kesadaran palsu,dimana ideology tidak
berorientasi pada kebenaran melainkan pada kepentingan yang mempropagandakanya.Namun
disamping pemimpin model politisi tersebut,ada juga pemimpin bertipe
negarawan.Negarawan bagi saya adalah seorang pemimpin yang menjadikan kekuasaan
hanya sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak rakyat,bukan untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok atau golongan.Seorang negarawan dalam sikapnya
berpolitik selalu santun,tanpa pencitraan dan tidak melupakan substansi dari
langkah politiknya.Dalam proses pengabdianya,ide-ide segar dan gagasan
kebangsaan selalu diwacanakan.Namun tidak hanya sampai sebatas wacana,justru
langkah kongkritnya inilah yang membuat kita semakin terkagum-kagum.Hanya figur
seperti ini yang mampu membangun sebuah bangsa mencapai tingat peradaban yang
lebih baik,tetapi tidak mudah melahirkan seorang pemipin bertipe
negarawan.Hanya beberapa orang saja di Indonesia yang berhak dan layak menyandang gelar
negarawan,Tan Malaka dengan gagasan republik
Indonesia,Soekarno dengan Ideologi Pancasila,Hatta dengan ekonomi
kerakyatan,Gus Dur dengan Pluralisme,Soeharto dengan PETRUS-nya ( ooops ) adalah beberapa tokoh di Indonesia dimana gelar negarawan patutu disematkan (tapi yang belakang cuma bercanda yaa,heheheh).Namun dengan perbedaan yang sudah begitu jelaspun terkadang media
masih salah kaprah,pernah suatu waktu Aburizal Bakrie di TV O*E dan Surya Paloh
di M***O TV dalam sebuah acara talkshow disebut dengan predikat negarwan.Lalu
hati kecil saya bertanya dimana kenegarawa mereka,mungkinkah Aburizal Bakrie dengan Lapindonya dan Surya
Paloh yang pernah di demo karena tidak membayar gaji karyawan layak disebut
negarawan.Saya tidak mengerti mungkinkah ini hanya kealpaan media,ataukah
pengakuan yang subjektif hingga dapat menjadiakan keambiguan arti dari
negarawan dan politisi.Karena menurut Joseph Goebbelz "Sebarkan kebohongan berulang-ulang
kepada publik.Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi
percaya bahwa kebohongan tersebut adalah sebuah kebenaran”.Ketakutan saya
adalah kembali terjadi pemalsuan sejarah yang sangat frontal dimana Tan Malaka
dianggap sebagai tokoh yang berbahaya,sedangkan Aburizal Bakrie dianggak
seorang negarawan,hahaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar