UNNES Konservasi Mati Rasa

UNNES Konservasi Mati Rasa

Satu semester sudah kulalui waktuku di kampus konservasi.Kampus yang di awal kuliahku terbayang suasana yang tenang,damai,hijau dan penuh keindahan.Namun angan-anganku perlahan tapi pasti mulai memudar,seirama dengan jas almamaterku yang mulai usang dimakan waktu.Perasaan nyamanku dalam mempelajari ilmu pengetahuan terus dan terus bekurang,bagaikan gunung emas di timur Indonesia.Teringat kejadian beberapa bulan yang lalu,ketika aku mengikuti perkuliah-an 4 sks di siang hari tepat ketika bola panas mentari berada di atasku.Seisi ruang kelas begitu malas mengikuti kuliah sang dosen muda,keringat bercucur deras dari tubuh sang mahasiswa kampus konservasi.Ruang kelas begitu bau,bagaikan wc umum di terminal bus.Terdengar celotehan seorang teman “ pulang aja pak,panassss” begitu katanya.Terfikir dalam benaku,apasih yang mau kudapatkan di bangku perkuliahan.Apakah aku mau menjadi agen of chance,dengan pemikiran2 besarku.Apakah aku mau mengikuti alur pemikiran birokrat yang terlalu munafik.Kenapa ruangan kelasku di biarkan begitu panas dan bau,dengan puluhan mahasiswa di dalamnya.Sedangkan ruangan dosen begitu sejuk,bagaikan ruangan elit para anggota dewan di senayan,walau hanya beberapa orang saja yang ada di dalamnya.Mana konsitensi para birokrat dengan konservasi kebanggaanya,go green,no AC,dan blaa,,,,blaa,,,,blaa.Mana keadilan yang seharusnya aku terima,hanya kenyamanan dalam belajar dan cukup itu saja.Kami tak perlu konservasi-konservasi itu,kami hanya perlu kau berikan hak-hak kami.Kami hanya ingi bau badan kami tidak menjadi parfum untuk ruang kampus konservasi.Aku tidak menghardikmu dengan berbagai prestasi yang kau ukir bersama kampusmu.Aku hanya bertanya tentang konservasi yang kau mau,karena kami bingung denganmu wahai gadis ABG.Tingkahmu sulit kami mengerti kau mau itu kami beri,kau ingin ini kami sediakan.Tapi kau tak pernah membuat kami puas dengan sikapmu,kebijakanmu,dan prestasimu.Yang hanya meyakinkanku bahwa kaulah antek-antek busuk,imperialisme masa kini.