• About

Terimakasih Telah Menjadi Subjek

 on Kamis, 06 Oktober 2016  

Human Right Institute telah berhasil menyelenggarakan diskusi pertama mereka,sebuah diskusi yang secara simpel menekankan proses berfikir mereka menjadi sebuah subjek yang berdiri sejajar dengan subjek-subjek lain di alam semesta.
Terimakasih atas kehadiranya alfinado prima,adzkia zikro,ilham makruf,enggartyasto,rahmat hidayat.Dan masih menunggu kehadiran teman-teman lain yang berhalangan hadir,nafi maula,nandri kanisius,ahmad mustakim,adi prabowo,bangun iswahyudi,dewa akbar dan teman-teman lain yang tidak disebutkan.
Dimulai dengan pembacaan monolog oleh enggartyasto
Malam ini hatiku nampak begitu kelam dan pilu,teringat sebuah peristiwa kemarin malam saat kujejakan kakiku di sebuah kampung kecil bernama nisan tara.Sebuah tempat yang teramat asing untuk orang sepertiku.Itu pun hanya untuk menghadiri undang pernikahan dari seorang kawan lama,Abdul Wahab namanya.Seorang penganut aliran jombloisme.Yang tak kusangaka berani juga mendaki gunung keramat lambang feminisme itu.
Namun bukan itu sebab lahirnya malam yang begitu menertawakan intelektualitas ku,bukan juga karena ini malam minggu dan aku masih asyik dengan kesendirianku.Tetapi karena sebuah tamparan spiritual yang nampaknya begitu keras mengenai dadaku.Amat sangat keras dan begitu menohok ku,yang selama ini bagaikan sebuah kitab suci berjalan dan mengira telah mengantongi satu tiket eksklusif menuju surga firdaus.
Malam itu,saat kawanku selesai dengan sebuah pergumulan ria di sebuah dipan kayu.Dia mengajaku untuk menghadiri kegiatan lintas agama yang di selanggarakan di gereja setempat.Awalnya aku menolak,tapi perasaan tak enak ini memaksaku untuk menyanggupi ajakanya yang telah ku anggap sesat itu.Kulihat saat sholawat maupun tembang-tembang gereja didendangkan secara bergiliran.Lalu di lanjutkan oleh doa dari pendeta,kiyai,maupun sesepuh desa yang diamini secara kompak dan berbarengan.
Makin lama aku menjadi tidak dapat menahan amarahku lagi,ku ajak abdul keluar.Begitu biasanya aku memanggilanya.Kemudian tiba saatnya bagiku untuk menyadarkanya dari perbuatan sesat dan syirik itu.’Dul sadarkah kamu,kalau tuhan akan melaknat perbuatamu yang demiakian itu’ kataku menghardik-nya.
Namun jawabanya yang singkat dan mengena malah membuatku merasa harus menarik kembali kata-kata yang baru saja ku ucapakan.’kawan,bukankah tuhan menakdirkan kita untuk hidup bergolongan-golongan.Lalu bukankah lebih baik kalau kita mengisinya dengan hidup berdampingan,yang diwarnai akan cinta dan kasih sayang sesama makluk tuhan.Islam itu rahmatan lil alamin,bukan rahmatan lil muslimin sahabatku’ katanya yang begitu menohok hati dan jiwaku.
Kata-katanya serasa petir yang menghancurkan keyakinan teguhku selama ini,menjadi sebuah batu kristal yang pecah berserakan.Kini aku telah sadar bahwa bumi bukan hanya satu unsur yang maha daya.Tapi berbagai macam partikular yang saling berdampingan,hingga terciptanya alam yang sering mengiyakan berbagai permintaan.
Inti Pembahasan
HAM sebagai sebuah hak dasar
Berbicara tentang HAM pada saat ini,aku,kalian ataupun mungkin kita bersama.Tidaklah benar-benar sedang membicarakan HAM dalam arti yang sebenarnya.Kita selalu lagi dan lagi terkungkung dalam sebuah persepsi sempit bagai dalam sebuah kandang besi,begitu kalau boleh saya mengutip kata-kata max webber.Kapan webber berkata demikian ?,yah memang tidak sama persis dengan ungkapan saya yang tadi itu.Namun weber pernah berkata dalam salah satu bukunya bahwa manusia akan terkungkung dalam sebuah kandang besi yang sangat kaku dan statis.
Begitu juga ham apabila kita hanya mengacu pada uu no 39 tahun 1999,UUD 1945 pasal 28,UDHR dll.Karena ham ataupun humanisme dalam makna yang lebih luas tidak hanya seperti yang termaktup dalam undang-undang saja,bahkan undang-undang yang sampai sekarang kita yakini sebagai undang-undang kemanusian justru malah lagi-lagi menjadi pembatas bagi ham,contohnya adalah pasal 28 j ayat 2 yang masih membatasi ham dengan agama dan moral.
Tentu saja saya tidak berkeberatan apabila agama dan moral disini diartikan sebagai sebuah hasil dari rasionalisasi akal manusia menuju kehidupan manusia yag beradab.Tapi yang menjadi persoalan adalah apabila agama dan moral disini diartikan sebagai sebuah pembatasan daya pikir manusia yang di dasarkan pada hukum langit yang sebenarnya tidak ada manusia yang mengetahui,kalau memang hukum langit tersebut benar-benar ada.
Sehingga munculalah aliran fideisme (iman tidak membutuhkan akal),ataupun moralitas eksklusif yang menutup diri pada masyarakat universal.Padahal kalau kita menilik lebih jauh lagi,nabi muhammad mendapatkan wahyu al quran (kalau memang hal tersebut benar-benar wahyu) dalam keadaan sedang merenung.Dalam hal ini merupakan sebuah proses berfikir.
Dalam diskusi malam hari ini,kami berharap dapat mengupas ham ataupun humanisme secara universal.Secara lebih abstrak dan secara lebih mendasar dalam pengertian kita sebagai manusia yang di karuniakan akal oleh tuhan.
Humanisme sebenarnya mulai di dengung-dengungkan sejak masa yunani kono,dan dibuktikan dengan penentangan-penentangan para filsuf pada dewa-dewa yang dianggap tidak rasional tersebut.Namun humanisme modern secara umum merupakan sebuah anti tesis dari abad pertengahan yang di kenal sebagai masa kegelapan (the dark ages),sebuah masa dimana ilmu pengetahuan,filsafat dan kebebasan berfikir begitu di tentang bahkan di kekang.Sebuah masa di saat segala aspek dalam kehidupan begitu berpaku pada agama yang dalam hal ini berwujud gereja sentris,dan keadaan demikian di mulai sejak kaisar justinianus mengeluarkan undang-undang untuk melarang segala ajaran tentang filsafat.
Posisi negara-pun,pada waktu itu kedudukanya hanyalah sebagai perpanjangan tangan agama.Begitupun dengan ilmu pengetahuan yang hanya menyampaikan hal-hal yang tidak bertentangan dengan agama,sehingga lahirlah filsuf-filsuf semacam agustinus maupun thomas aquinas.Namun bukan berarti kita boleh meniadakan peran mereka,karena banyak juga hal-hal yang dapat kita ambil dan menjadi pelengkap dari proses panjang mewujudkan sebuah masyarakat yang humanis.Semacam adagium si enim fallor sum (aku ragu,maka aku ada) yang merupakan salah satu kutipan paling terkenal dari agustinus maupun sistem tingkatan atau hierarki yang di utarakan thomas aquinas.
Dan di masa ini juga terjadi sebuah perang yang kita kenal dengan perang salib,yang menyebabkan perekonomian bangsa romawi merosot dengan sangat tajam.sehingga gereja mempergunakan otoritasnya untuk memungut sejumlah uang dari masyarakat dengan imbalanya adalah pengampunan bagi para pendosa.namun kemudian muncul seseorang bernama martin luther yang menentang hal tersebut dan di dukung beberapa kelompok yang di sebut evangelist.Dan hal inilah yang akan memicu perang saudara di eropa selama 30 tahun dan baru berakhir setelah diadakanya perjanjian westphalia pada tahun 1648.
Setelah masa tersebut,posisi agama di eropa mulai berada dalam keadaan krisis dan telah banyak orang yang mencoba mempertanyakan dogma-dogma tentang agama.Sehingga munculah paham humanisme yang di perkenalkan oleh imanuel kant pada abad ke 18,sebuah paham yang menjadi anti tesis dari abad pertengahan dimana masyarakat dalam keadaan theosentris menjadi sebuah dunia yang serba antroposentris.Humanisme disini merupakan sebuah pengukuhan manusia sebagai sebuah subjek yang bebas untuk menggunakan nalar dan juga akal pemikiranya,dan yang terpenting humanisme bukanlah sebuah pemberian dari tuhan.
Namun bukan berarti setelah itu humanisme dapat diterima sebagai sebuah paham baru yang menciptakan masyarakat yang universal tanpa partikular-partikular sektarian.Namun justru melahirkan jurang yang sangat dalam antara kelompok-kelompok yang theosentris dan kelompok masyarakat yang antroposentris.Padahal hal tersebut sebenarnya bukanlah hal yang bertentangan ataupun bertolak belakang,karena sesungguhnya tuhan tidak pernah melarang manusia untuk berfikir.Sehingga kita diberikanya sebuah akal yang tentu saja kegunanya bukanlah untuk menyimpan sisa makanan bukan ?.
Nyatanya peradaban timur sempat dalam keadaan yang begitu tinggi saat mereka tidak menciptakan jurang pemisah antara ketuhanan dan kemanusiaan,tepatnya pada saat eropa mengalami zaman kegelapan.Saat itu mucul flsuf-filsuf macam al khawarizmi,ibnu khaldun,al jabar,al khindi dan al farabi yang banyak menulis tentang filsafat aristoteles.Karena sejatinya yang membatasi manusia untuk berfikir adalah para wakil tuhan di dunia,yang begitu takut akan kehilangan legitimasinya apabila semua manusia mendapatkan kebebasan untuk berfikir.Dan inilah yang menjadi landasan bagi nietczhe untuk mengatakan bahwa tuhan telah mati.
Namun ditengah-tengah hegemoni humanisme universal tersebut,pada abad ke 20 munculah sebuah politik identitas.Sebuah langkah politik yang mencoba mendiferensikan antara satu golongan dengan golongan yang lain tapi masih dalam wilayah yang bernama masyarakat universal,dan menjadi tonggak awal dari pluralisme itu sendiri.
Karena humanisme universal yang di gagas oleh imanuel kant tersebut dirasa masih sangat bersifat euro sentris,ya tentu saja hal ini karena imanuel kant tidak pernah keluar dari sebuah kota kecil bernama konisberg,dan dari kota itulah ia memikirkan tentang dunia.sehingga menimbulkan sebuah politik apharteid dimana orang-rang berkulit hitam selalu di diskrimanasi bahkan dianggap bukan manusia.
Tentu hal yang demikian adalah sebuah pemikiran yang berharga bagi perkembangan paham humanisme universal tersebut,karena mereka hanya ingin menyatakan bahwa perbedaan merupakan sebuah keniscayaan dan kita memiliki sebuah esensi yang sama sebagai seorang manusia.Namun kemudian menjadi masalah saat kelompok-kelompok tersebut mencoba menunjukan identitas mereka untuk memaksakanya agar di terima oleh semua pihak.Karena menurut nietzche kesamaan akan tetap sama dan ketidak samaan tak akan menjadi sama.Sehingga jangan pernah samakan sesuatu yang tidak sama.
Kemudian menyatakan bahwa pihak-pihak yang tak sependirian dengan mereka sebagai musuh dan berhak untuk di tindas kapanpun dan dimanapun.Semacam fenomena isis sekarang ini.
Sekarang pun politik identitas seakan kembali muncul di permukaan melalui perjuangan kaum-kaum syiah,ahmadiyah,lgbt yang mencoba lepas dari jurang diskriminasi dan masuk ke dalam sebuah masyarakat universal.Bukan melakukan politik identitas untuk menunjukan bahwa merekalah yang paling baik,tapi mencoba ber-harmoni dalam sebuah keberagaman.
Namun bukan berarti humanisme universal menjadi sebuah faham yang tanpa cela sedikitpun,hanya saja sampai saat ini masih begitu relevan untuk menciptakan sebuah masyarakat yang mampu untuk berharmoni antara satu dengan yang lain.

Humanisme universal juga bukanlah sebuah faham yang lepas dari kritik dan seakan akan menjadi sebuah berhala intelektual.Karena banyak juga faham baru tentang humanisme yang menjadi anti tesis dari humanisme universal yang dianggap terlalu vulgar tersebut karena sangat mengesampingkan nilai budaya maupun agama.Seperti faham humanisme lentur yang di gagas oleh budi hardiman,karena dianggap cukup relevan untuk diterapkan dalam masyarakat indonesia sekarang ini.Yaitu dengan cara melakukan sinergi antara humansme dan religiusitas,namun jangan sampai religiusitas menjadi pengontrol dari humanisme,namun berdiri sesuai bagianya masing-masing.Sehingga tidak menciptakan sebuah masyarakat absolitisme seperti ketika abad pertengahan.

Terimakasih Telah Menjadi Subjek 4.5 5 Unknown Kamis, 06 Oktober 2016 Human Right Institute telah berhasil menyelenggarakan diskusi pertama mereka,sebuah diskusi yang secara simpel menekankan proses berfikir...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
J-Theme