Human Right Institute
telah berhasil menyelenggarakan diskusi pertama mereka,sebuah diskusi yang
secara simpel menekankan proses berfikir mereka menjadi sebuah subjek yang
berdiri sejajar dengan subjek-subjek lain di alam semesta.
Terimakasih atas
kehadiranya alfinado prima,adzkia zikro,ilham makruf,enggartyasto,rahmat
hidayat.Dan masih menunggu kehadiran teman-teman lain yang berhalangan
hadir,nafi maula,nandri kanisius,ahmad mustakim,adi prabowo,bangun iswahyudi,dewa akbar dan
teman-teman lain yang tidak disebutkan.
Dimulai dengan pembacaan monolog oleh enggartyasto
Malam ini hatiku nampak
begitu kelam dan pilu,teringat sebuah peristiwa kemarin malam saat kujejakan
kakiku di sebuah kampung kecil bernama nisan tara.Sebuah tempat yang teramat
asing untuk orang sepertiku.Itu pun hanya untuk menghadiri undang pernikahan
dari seorang kawan lama,Abdul Wahab namanya.Seorang penganut aliran
jombloisme.Yang tak kusangaka berani juga mendaki gunung keramat lambang
feminisme itu.
Namun bukan itu sebab
lahirnya malam yang begitu menertawakan intelektualitas ku,bukan juga karena
ini malam minggu dan aku masih asyik dengan kesendirianku.Tetapi karena sebuah
tamparan spiritual yang nampaknya begitu keras mengenai dadaku.Amat sangat
keras dan begitu menohok ku,yang selama ini bagaikan sebuah kitab suci berjalan
dan mengira telah mengantongi satu tiket eksklusif menuju surga firdaus.
Malam itu,saat kawanku
selesai dengan sebuah pergumulan ria di sebuah dipan kayu.Dia mengajaku untuk
menghadiri kegiatan lintas agama yang di selanggarakan di gereja setempat.Awalnya
aku menolak,tapi perasaan tak enak ini memaksaku untuk menyanggupi ajakanya
yang telah ku anggap sesat itu.Kulihat saat sholawat maupun tembang-tembang
gereja didendangkan secara bergiliran.Lalu di lanjutkan oleh doa dari
pendeta,kiyai,maupun sesepuh desa yang diamini secara kompak dan berbarengan.
Makin lama aku menjadi
tidak dapat menahan amarahku lagi,ku ajak abdul keluar.Begitu biasanya aku
memanggilanya.Kemudian tiba saatnya bagiku untuk menyadarkanya dari perbuatan
sesat dan syirik itu.’Dul sadarkah kamu,kalau tuhan akan melaknat perbuatamu
yang demiakian itu’ kataku menghardik-nya.
Namun jawabanya yang
singkat dan mengena malah membuatku merasa harus menarik kembali kata-kata yang
baru saja ku ucapakan.’kawan,bukankah tuhan menakdirkan kita untuk hidup
bergolongan-golongan.Lalu bukankah lebih baik kalau kita mengisinya dengan
hidup berdampingan,yang diwarnai akan cinta dan kasih sayang sesama makluk
tuhan.Islam itu rahmatan lil alamin,bukan rahmatan lil muslimin sahabatku’
katanya yang begitu menohok hati dan jiwaku.
Kata-katanya serasa
petir yang menghancurkan keyakinan teguhku selama ini,menjadi sebuah batu
kristal yang pecah berserakan.Kini aku telah sadar bahwa bumi bukan hanya satu
unsur yang maha daya.Tapi berbagai macam partikular yang saling
berdampingan,hingga terciptanya alam yang sering mengiyakan berbagai
permintaan.
Inti Pembahasan
HAM
sebagai sebuah hak dasar
Berbicara tentang HAM
pada saat ini,aku,kalian ataupun mungkin kita bersama.Tidaklah benar-benar
sedang membicarakan HAM dalam arti yang sebenarnya.Kita selalu lagi dan lagi
terkungkung dalam sebuah persepsi sempit bagai dalam sebuah kandang besi,begitu
kalau boleh saya mengutip kata-kata max webber.Kapan webber berkata demikian
?,yah memang tidak sama persis dengan ungkapan saya yang tadi itu.Namun weber
pernah berkata dalam salah satu bukunya bahwa manusia akan terkungkung dalam
sebuah kandang besi yang sangat kaku dan statis.
Begitu juga ham apabila
kita hanya mengacu pada uu no 39 tahun 1999,UUD 1945 pasal 28,UDHR dll.Karena
ham ataupun humanisme dalam makna yang lebih luas tidak hanya seperti yang
termaktup dalam undang-undang saja,bahkan undang-undang yang sampai sekarang
kita yakini sebagai undang-undang kemanusian justru malah lagi-lagi menjadi
pembatas bagi ham,contohnya adalah pasal 28 j ayat 2 yang masih membatasi ham
dengan agama dan moral.
Tentu saja saya tidak
berkeberatan apabila agama dan moral disini diartikan sebagai sebuah hasil dari
rasionalisasi akal manusia menuju kehidupan manusia yag beradab.Tapi yang
menjadi persoalan adalah apabila agama dan moral disini diartikan sebagai
sebuah pembatasan daya pikir manusia yang di dasarkan pada hukum langit yang
sebenarnya tidak ada manusia yang mengetahui,kalau memang hukum langit tersebut
benar-benar ada.
Sehingga munculalah
aliran fideisme (iman tidak membutuhkan akal),ataupun moralitas eksklusif yang
menutup diri pada masyarakat universal.Padahal kalau kita menilik lebih jauh
lagi,nabi muhammad mendapatkan wahyu al quran (kalau memang hal tersebut
benar-benar wahyu) dalam keadaan sedang merenung.Dalam hal ini merupakan sebuah
proses berfikir.
Dalam diskusi malam hari
ini,kami berharap dapat mengupas ham ataupun humanisme secara universal.Secara
lebih abstrak dan secara lebih mendasar dalam pengertian kita sebagai manusia
yang di karuniakan akal oleh tuhan.
Humanisme sebenarnya
mulai di dengung-dengungkan sejak masa yunani kono,dan dibuktikan dengan
penentangan-penentangan para filsuf pada dewa-dewa yang dianggap tidak rasional
tersebut.Namun humanisme modern secara umum merupakan sebuah anti tesis dari
abad pertengahan yang di kenal sebagai masa kegelapan (the dark ages),sebuah
masa dimana ilmu pengetahuan,filsafat dan kebebasan berfikir begitu di tentang
bahkan di kekang.Sebuah masa di saat segala aspek dalam kehidupan begitu
berpaku pada agama yang dalam hal ini berwujud gereja sentris,dan keadaan
demikian di mulai sejak kaisar justinianus mengeluarkan undang-undang untuk
melarang segala ajaran tentang filsafat.
Posisi negara-pun,pada
waktu itu kedudukanya hanyalah sebagai perpanjangan tangan agama.Begitupun
dengan ilmu pengetahuan yang hanya menyampaikan hal-hal yang tidak bertentangan
dengan agama,sehingga lahirlah filsuf-filsuf semacam agustinus maupun thomas
aquinas.Namun bukan berarti kita boleh meniadakan peran mereka,karena banyak
juga hal-hal yang dapat kita ambil dan menjadi pelengkap dari proses panjang
mewujudkan sebuah masyarakat yang humanis.Semacam adagium si enim fallor sum
(aku ragu,maka aku ada) yang merupakan salah satu kutipan paling terkenal dari
agustinus maupun sistem tingkatan atau hierarki yang di utarakan thomas
aquinas.
Dan di masa ini juga
terjadi sebuah perang yang kita kenal dengan perang salib,yang menyebabkan
perekonomian bangsa romawi merosot dengan sangat tajam.sehingga gereja
mempergunakan otoritasnya untuk memungut sejumlah uang dari masyarakat dengan
imbalanya adalah pengampunan bagi para pendosa.namun kemudian muncul seseorang
bernama martin luther yang menentang hal tersebut dan di dukung beberapa
kelompok yang di sebut evangelist.Dan hal inilah yang akan memicu perang saudara
di eropa selama 30 tahun dan baru berakhir setelah diadakanya perjanjian
westphalia pada tahun 1648.
Setelah masa
tersebut,posisi agama di eropa mulai berada dalam keadaan krisis dan telah
banyak orang yang mencoba mempertanyakan dogma-dogma tentang agama.Sehingga
munculah paham humanisme yang di perkenalkan oleh imanuel kant pada abad ke
18,sebuah paham yang menjadi anti tesis dari abad pertengahan dimana masyarakat
dalam keadaan theosentris menjadi sebuah dunia yang serba
antroposentris.Humanisme disini merupakan sebuah pengukuhan manusia sebagai
sebuah subjek yang bebas untuk menggunakan nalar dan juga akal pemikiranya,dan
yang terpenting humanisme bukanlah sebuah pemberian dari tuhan.
Namun bukan berarti
setelah itu humanisme dapat diterima sebagai sebuah paham baru yang menciptakan
masyarakat yang universal tanpa partikular-partikular sektarian.Namun justru
melahirkan jurang yang sangat dalam antara kelompok-kelompok yang theosentris
dan kelompok masyarakat yang antroposentris.Padahal hal tersebut sebenarnya
bukanlah hal yang bertentangan ataupun bertolak belakang,karena sesungguhnya
tuhan tidak pernah melarang manusia untuk berfikir.Sehingga kita diberikanya
sebuah akal yang tentu saja kegunanya bukanlah untuk menyimpan sisa makanan
bukan ?.
Nyatanya peradaban timur
sempat dalam keadaan yang begitu tinggi saat mereka tidak menciptakan jurang
pemisah antara ketuhanan dan kemanusiaan,tepatnya pada saat eropa mengalami
zaman kegelapan.Saat itu mucul flsuf-filsuf macam al khawarizmi,ibnu khaldun,al
jabar,al khindi dan al farabi yang banyak menulis tentang filsafat
aristoteles.Karena sejatinya yang membatasi manusia untuk berfikir adalah para
wakil tuhan di dunia,yang begitu takut akan kehilangan legitimasinya apabila
semua manusia mendapatkan kebebasan untuk berfikir.Dan inilah yang menjadi
landasan bagi nietczhe untuk mengatakan bahwa tuhan telah mati.
Namun ditengah-tengah
hegemoni humanisme universal tersebut,pada abad ke 20 munculah sebuah politik
identitas.Sebuah langkah politik yang mencoba mendiferensikan antara satu
golongan dengan golongan yang lain tapi masih dalam wilayah yang bernama
masyarakat universal,dan menjadi tonggak awal dari pluralisme itu sendiri.
Karena humanisme
universal yang di gagas oleh imanuel kant tersebut dirasa masih sangat bersifat
euro sentris,ya tentu saja hal ini karena imanuel kant tidak pernah keluar dari
sebuah kota kecil bernama konisberg,dan dari kota itulah ia memikirkan tentang
dunia.sehingga menimbulkan sebuah politik apharteid dimana orang-rang berkulit
hitam selalu di diskrimanasi bahkan dianggap bukan manusia.
Tentu hal yang demikian
adalah sebuah pemikiran yang berharga bagi perkembangan paham humanisme
universal tersebut,karena mereka hanya ingin menyatakan bahwa perbedaan
merupakan sebuah keniscayaan dan kita memiliki sebuah esensi yang sama sebagai
seorang manusia.Namun kemudian menjadi masalah saat kelompok-kelompok tersebut
mencoba menunjukan identitas mereka untuk memaksakanya agar di terima oleh
semua pihak.Karena menurut nietzche kesamaan akan tetap sama dan ketidak samaan
tak akan menjadi sama.Sehingga jangan pernah samakan sesuatu yang tidak sama.
Kemudian menyatakan
bahwa pihak-pihak yang tak sependirian dengan mereka sebagai musuh dan berhak
untuk di tindas kapanpun dan dimanapun.Semacam fenomena isis sekarang ini.
Sekarang pun politik
identitas seakan kembali muncul di permukaan melalui perjuangan kaum-kaum
syiah,ahmadiyah,lgbt yang mencoba lepas dari jurang diskriminasi dan masuk ke
dalam sebuah masyarakat universal.Bukan melakukan politik identitas untuk
menunjukan bahwa merekalah yang paling baik,tapi mencoba ber-harmoni dalam
sebuah keberagaman.
Namun bukan berarti
humanisme universal menjadi sebuah faham yang tanpa cela sedikitpun,hanya saja
sampai saat ini masih begitu relevan untuk menciptakan sebuah masyarakat yang
mampu untuk berharmoni antara satu dengan yang lain.
Humanisme universal juga
bukanlah sebuah faham yang lepas dari kritik dan seakan akan menjadi sebuah
berhala intelektual.Karena banyak juga faham baru tentang humanisme yang
menjadi anti tesis dari humanisme universal yang dianggap terlalu vulgar
tersebut karena sangat mengesampingkan nilai budaya maupun agama.Seperti faham
humanisme lentur yang di gagas oleh budi hardiman,karena dianggap cukup relevan
untuk diterapkan dalam masyarakat indonesia sekarang ini.Yaitu dengan cara
melakukan sinergi antara humansme dan religiusitas,namun jangan sampai
religiusitas menjadi pengontrol dari humanisme,namun berdiri sesuai bagianya
masing-masing.Sehingga tidak menciptakan sebuah masyarakat absolitisme seperti
ketika abad pertengahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar