• About

Hari Terakhir Seorang Residivis

 on Minggu, 24 April 2016  

Hari Terakhir Seorang Residivis



Namaku Franz,inilah sepucuk surat yang aku tulis untukmu wahai para pencari keadilan.Aku adalah seorang laki-laki yang dilahirkan untuk merampok dan membunuh,keluar masuk penjara bukanlah suatu hal yang asing bagiku.Dari mulai Salemba,Tanjung Gusta dan terakhir Nusakambangan,tempat dimana aku akan di eksekusi mati karena kasus narkoba.Semua kamar-kamar busuk itu seakan bagaikan rumah yang nyaman untuku,tempat dimana aku akan kembali saatku telah lelah bekerja,dan menjadi tempatku menghentikan catatan kriminal.Aku menikmati jalan hidupku,aku adalah raja semua kejahatan yang tak pernah lupa untuk kubanggakan.Semua orang di penjara menghormatiku,tentu ini wajar.Di dunia hitam tidak ada orang yang tak mengenalku “franz si harimau jawa”,begitu teman-teman menamaiku.Tentu memori publik masih mengingat,ketika aku melakukan perampokan terhadap rombongan jamaah haji.Semua stasiun TV dan surat kabar ramai-ramai mengabarkanku,mereka semua terheran-heran dengan kekejamanku yang kini benar-benar aku sesali.Aku membunuh 10 orang dari rombongan haji itu,yang diantaranya adalah seorang nenek yang sudah tua renta.Aku pernah bangga dengan hidupku,saat aku memiliki teman-teman yang dengan setia mengikutiku.Kita merampok bersama,mabok bersama,dan pesta dengan para gadis-gadis jelita.Tak pernah aku mengeluh karena lapar atau kekurangan uang,kenikmatan apa yang belum pernah aku rasakan.Semua kenikmatan itu,dulu semuanya adalah miliku dan tak mungkin kuberikan pada yang lain.Tapi sebuah kisah yang tak mereka tau,bahwa semua kekejaman itu tidak datang dengan sendirinya.Lingkungan sosialku yang membuatku menjadi seorang residivis,menjadi seorang pembunuh berdarah dingin yang kejam dan tak beradab.Aku lahir dari keluarga yang amat sangat miskin,aku tidak memiliki seorang ayah dan tak merasakan kasih sayangnya.Ayahku meninggal ? tidak,kawin lagi ? tidak,kalian semua salah menebak masa kecilku.Ibuku adalah seorang pelacur,dan aku tak mengerti siapa ayahku.Begitu banyak laki-laki yang menikmati keindahan tubuh ibuku,dan aku tidak berhak memilih ayah dari sekian banyak lelaki itu.Setiap hari aku makan dengan uang haram,dan aku minum asi dari puting susu bekas gigitan orang.Benar-benar masa kecil yang liar,dan aku tidak mengerti apapun kecuali cara-cara membela harga diriku.Di usia 15 tahun,ibuku meninggal.Dia di bunuh oleh sekelompok preman yang ingin menikmati tubuh ibuku dengan gratis,dan kalian tentu mengerti betapa marahnya seorang pemuda liar ini.Aku mencari orang-orang itu seorang diri,hanya ditemani sebilah pedang dan keberanianku.Dan akhirnya aku berhasil menbunuhnya,di situlah kemampuan membunuhku mulai terlatih dan akan menjadi satu-satunya keahlianku.Hari-hari berikutnya aku terus melakukan kejahatan,hanya untuk mengisi perutku agar dapat terus hidup.Mulai dari mencopet,mecuri,merampok,dan terakhir adalah mengedarkan narkoba.Satu kejahatan yang membuatku harus dihukum mati,dan menjadi sebab dimana aku harus kecewa dengan hidupku.Pekerjaan ini sudah aku tekuni selama 3 tahun terakhir,dan telah memberikanku sebuah kebahagian yang tiada tara.Sekelompok polisi menangkapku saat sedang melakukan transaksi 5 kg sabu-sabu di suatu apartemen di Jakarta,aku tak bisa melawan,seluruh tubuhku mendadak menjadi lemas tak berdaya.Setelah menjalani serangkaian proses hukum akhirnya pengadilan menetapkan bahwa aku harus di pidana mati,aku depresi berat saat itu ketakutan secara tiba-tiba muncul dalam hidupku.Dalam anganku seperti melihat bayang-bayang api yang begitu panas dan telah menunggu untuk secepatnya memangsaku,untuk pertama kalinya aku bisa berfikir tentang kematian.Dan kini sisa-sisa hidupku ditahanan aku habiskan hanya untuk menyembah tuhan,hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menenangkan diri.Namun aku merasa ada yang belum lengkap dari keisyafanku ini,ingin sekali aku berbuat baik pada mereka yang dulu pernah aku lukai.Besar harapanku untuk mengabdi pada kemanusian,tapi negara telah memutuskan bahwa besok aku harus mati.Aku telah rela bahwa aku memang pantas mendapat penderitaan,tapi aku tidak akan rela bila aku tidak dapat berbuat baik pada mereka yang dulu pernah sakit hati padaku.Inilah kisah singkatku,Franz seorang residivis.

Hari Terakhir Seorang Residivis 4.5 5 Unknown Minggu, 24 April 2016 Hari Terakhir Seorang Residivis Namaku Franz,inilah sepucuk surat yang aku tulis untukmu wahai para pencari keadilan.Aku adalah se...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
J-Theme